Bagikan

LensaDigital.id-Sidang pembaca dunia foto, mengupas sisi ruang fotografi tentu tidak bisa lepas dari pembahasan tentang cahaya. Membahas tentang cahaya, maka terbayang akan sebuah benda yang bernama flash eksternal.
Keberadaan benda ini, berguna bagi seorang fotografer agar bisa mengatur pencahayaan setiap pemotretan.

Sehingga akan didapat hasil foto yang lebih sesuai keinginan. Memang di beberapa kamera sudah terdapat flash yang ada. Flash ini sering disebut dengan istilah built-in flash. Kekurangannya adalah tidak bisa di setting terlalu banyak.
Sebaiknya setiap fotografer memiliki minimal satu flash eksternal, baik yang satu merk dengan kameranya ataupun flash buatan pabrikan lain.

Tidak sedikit pula yang kerap ditemui disaat orang yang masih bingung dalam memakai flash. Cenderung yakin pada hal-hal yang belum tentu benar karena sudah terlanjur jadi salah kaprah di kalangan pengguna flash.

Banyaknya flash yang digunakan pada saat pemotretan, akan sangat berpengaruh pada hasil foto.

Sebab saat pengaturan bukaan rana atau pengaturan shutter speed. Tidak terlepas pula dari banyak sedikitnya cahaya yang tertangkap oleh kamera. Pengaturan masuknya cahaya akan melalui aperture atau diafragma kamera.
Berikut ini terdapat beberapa kerancuan yang lazim terjadi atau salah paham mengenai flash eksternal :

1.Flash eksternal jenis TTL lebih bagus dari flash manual

Flash eksternal dipasang di atas kamera melalui hot shoe. Hot shoe adalah sebuah dudukan flash yang mengandung pin kontak data. Untuk memastikan semua fitur flash ekstrernal bisa berfungsi, maka diperlukan flash yang kompatibel dengan merk kamera yang dipakai, sehingga kamera dan flash bisa saling berkomunikasi. Itulah gunanya memakai flash yang TTL, sehingga dalam penggunaan juga jadi lebih mudah karena kekuatan flash diatur secara otomatis oleh kamera. Di lain pihak flash manual tidak memiliki kemampuan berkomunikasi data dengan kamera secara data, tapi hanya menunggu sinyal sync dari kamera yang artinya bila kita memotret maka flash bisa ikut menyala. Tapi seberapa kuat flashnya, kita lah yang mengatur melalui tombol yang ada roda di flash (bukan di kamera). Nah, kalau kita mengatur flash manual dengan kekuatan yang pas, maka pada dasarnya tidak ada bedanya dengan flash TTL, cuma TTL memang lebih praktis dan mudah meski harus merogoh kocek lebih dalam walau lebih mahal.

2.Pakai Flash hanya saat malam/gelap?

Prinsipnya disaat gelap, otomatis perlu cahaya bila ingin memotret. Agar hasilnya tidak hitam total.

Tapi yang namanya malam hari itu tidak selalu harus pakai cahaya flash. Jika cahaya alami malam tersebut bisa ditangkap dengan shutter lambat supaya lebih artistik. Misalnya saat memotret suasana kota di malam hari.

Sebaliknya, saat siang hari kalau kita memotret orang di luar, bisa jadi bagian wajahnya agak gelap karena backlight atau pakai topi, nah saatnya dibantu pakai flash. Istilah dalam tata cahaya teknik ini disebut fill In.

Artinya, siang hari belum tentu tidak perlu flash ya, bisa jadi siang pun kita butuh flash eksternal.

3.Pemakaian flash selalu di “bounce”

Ini juga banyak di temui. Orang memakai flash di bounce (diarahkan ke atas) tanpa paham kegunaannya. Bounce adalah teknik membuat flash bisa menjadi lebih lembut dengan cara dipantulkan pada sesuatu yang datar, putih, dan dekat (pada plafond gypsum putih atau langit-langit rumah). Saat kita berada di out door, justru flash harus dipakai secara direct atau langsung ke subyek, jangan di bounce.

4. Flash besar dan flash kecil

Menggunakan flash besar atau flash kecil tergantung kebutuhan. Flash eksternal yang kecil memang lebih enak saat dibawa, tidak berat dan tidak repot. Tapi yang kecil biasanya ditenagai oleh dua baterai AA dan ini tentu berdampak pada kekuatan dan kecepatan (jeda) antar nyala flash. Bila subyeknya jauh, atau akan melakukan bounce, saat di outdoor siang, maka flash yang ukurannya besar dengan kekuatan yang lebih besar juga (GN 40 ke atas) akan lebih membantu. Jadi besar kecil tidak sama, dalam banyak hal yang besar bisa lebih diandalkan.

5. Flash membuat warna objek tetap natural

Flash dibuat dengan standar warna putih yang mendekati warna matahari siang (daylight). Selama pengaturan WB (White Balance) di kamera kita pilih daylight (atau WB simbol flash juga boleh) maka semestinya warna yang didapat akan natural. Atau bila memotretnya pakai file RAW maka bisa juga soal warna ini dikoreksi di editing. Masalahnya kadang kita memadukan flash dengan cahaya ruangan yang kuning, dan kita pakai WB Auto, maka dalam hal ini kamera akan bingung dalam mengatur Auto WB sehingga warnanya jadi aneh. Untuk itu hindari memadukan flash dengan sumber cahaya lain yang warnanya tidak putih agar tidak bingung soal warna.